menemukan piramida di negeri kincir angin
Tuesday 15 May 2012 | 3 comments
'Beelanda'
Bee untuk tawon, dan land untuk tanah.
Berbeda dari lebah yang memiliki kelenjar lilin
sebagai sumber membuat sarangnya, tawon tidak. Tawon menggunakan material
apapun di alam yang memungkinkannya untuk membuat sarang. Sangat kreatif. Karena itu, bukankah negara yang memiliki ide mengeringkan laut untuk menambah wilayah daratannya
juga layak dibilang super kreatif?
Belanda tidak hanya selalu menghadirkan sesuatu yang baru, namun
juga berbeda dan bermanfaat. Bagi saya mereka telah
berhasil membangun piramida-nya. Tidak sembarang piramida melainkan
sebuah piramida yang mampu mendorong seseorang untuk mencapai titik
tertingginya. Abraham Maslow menyebut piramida tersebut 'piramida hirarki
kebutuhan'. Dimana saat satu hirarki kebutuhan terpenuhi, seseorang akan terdorong
untuk memenuhi kebutuhan di hirarki berikutnya.
Menapaki tiap hirarki piramida di negeri kincir angin
Kebutuhan fisiologis [1]
merupakan hal yang pertama kali harus tercukupi dalam hirarki ini. Mencakup makan, istirahat,
ekonomi. Termasuk dalam salah satu negara maju di Eropa membuat penduduk
belanda tidak cukup kesulitan dalam memenuhi kebutuhan ini.
Survey OECD Better Life (2011) juga
menempatkan Belanda pada peringkat empat 'work-life balance'.
Artinya pekerjaan dan kehidupan personal penduduknya berjalan seimbang.
Penduduk belanda menggunakan 6 - 8 jam perhari untuk bekerja, sedangkan sisanya
16 jam dihabiskan untuk kegiatan personal, bermain, dan
bersosialisasi. Pembagian waktu tersebut mencerminkan pemenuhan kebutuhan sosial [3] yang mencakup kebutuhan akan rasa cinta, dan kasih sayang telah
di sadari dengan baik.
Ketika kebutuhan fisiologis, rasa aman
& sosial terpenuhi, akhirnya muncul motivasi untuk meraih sesuatu di luar
itu. Di sinilah akhirnya muncul kebutuhan akan
penghargaan [4]. Kebutuhan untuk dihargai
sebagai pribadi maupun sebagai orang yang telah melakukan sesuatu. Dan sepertinya pemenuhan kebutuhan ini pun telah dicapai dengan baik oleh negara ini. Top Ten Countries
with Most Nobel Prize Winners (2011),
peringkat 2 dunia ‘Best Place for Business’ (2012), dan urutan
ke-3 jumlah universitas terbanyak World Reputation Ranking (2012) adalah beberapa di antara berbagai penghargaan yang di raih negara yang luasnya tidak mencapai seperempat Pulau Jawa ini.
Akhir maret lalu, salah satu public space di kota
Eindhoven menjadi saksi lampu - lampu melayang yang menyembul di atas
pepohonan. Karya Philips, raksasa lampu belanda ini bukan hanya unik, namun desain lampu melayang tanpa tiang tersebut juga
memberikan efek keleluasaan di ruang publik yang terbuka (Dutch Daily News,
2012).
Inovasi ini merupakan contoh bahwa semakin banyak
penghargaan yang diraih tidak lantas membuat seseorang puas diri, namun
justru mendorong untuk berbuat lebih. Maslow mengatakan ini
merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan
akan aktualisasi diri [5], kebutuhan untuk
terus tumbuh, berkembang, dan memaksimalkan potensi dirinya. Seperti tulip-tulip yang terhampar di keukenhof setiap musim semi.
salam,
Kurnia Kartikawati
http://bli.oecdcode.org/topics/work-life-balance/
http://belajarpsikologi.com/teori-hierarki-kebutuhan-maslow/
http://internasional.kompas.com/read/2010/08/30/05303243/Pertanian.Hidupi.Belanda.
http://www.scribd.com/doc/35949320/Belanda-Sebagai-Negara-Maju-Eropa
http://top-10-list.org/2011/04/04/top-ten-countries-with-most-nobel-prize-winners/
Schultz, Duane. 2002. Psikologi Pertumbuhan (Model-model
Kepribadian Sehat). Kanisius: Yogyakarta.
http://www.dutchdailynews.com/eindhoven-first-with-philips-floating-led-street-lighting/