Investasi itu Bernama Pendidikan - Sharing Beasiswa bersama Duey
Thursday 29 September 2016 | 32 comments
Education is the biggest investment of any kind of existing investment - Dewi Wulansari
Dewi Wulansari a.k.a Duey ;) |
Tapi apalah yang ngga keren dari lulus agak lama tapi menghabiskan 2 tahun kuliahnya untuk exchange di dua negara dan benua yang berbeda. Pulang, masih lulus dengan cumlaude pula.
Iya, sahabat saya ini emang maruk. Maruk ilmu dan pelajaran kehidupan tapinya :). Karena baginya pendidikan adalah investasi penting untuk masa depan. Bekal yang bukan hanya terpatok soal akademis, namun juga moral dan etika.
Iya, sahabat saya ini emang maruk. Maruk ilmu dan pelajaran kehidupan tapinya :). Karena baginya pendidikan adalah investasi penting untuk masa depan. Bekal yang bukan hanya terpatok soal akademis, namun juga moral dan etika.
***
Jika ada orang yang juga selalu membuat keinginan saya untuk traveling menggebu-gebu. Tentu, lagi-lagi dia. Yang sudah menghirup udara di angka puluhan negara. Dia, si gadis yang matanya selalu berbinar dan punya nama panggilan beken Duey ini ;)
Bagi saya dia sangat beruntung. Bisa merasakan secara langsung potret kehidupan di belahan bumi lainnya. Juga bisa mendapatkan berbagai pelajaran dan pengalaman hidup dari kesempatannya itu.
Meski hati meringis mupeng, saya selalu suka menelusuri lembaran foto-foto perjalanannya sembari mendengar ceritanya. Tentang atap merah dan gang-gang kecil di Praha yang cantik tanpa polesan, tentang Vatikan dengan aura sakralnya, tentang objek sejarah kelam di Polandia yang belum banyak ditelusuri, ataupun tentang Al-Hambra, 'Sang oase di tengah budaya barat'.
Bagi saya dia sangat beruntung. Bisa merasakan secara langsung potret kehidupan di belahan bumi lainnya. Juga bisa mendapatkan berbagai pelajaran dan pengalaman hidup dari kesempatannya itu.
Meski hati meringis mupeng, saya selalu suka menelusuri lembaran foto-foto perjalanannya sembari mendengar ceritanya. Tentang atap merah dan gang-gang kecil di Praha yang cantik tanpa polesan, tentang Vatikan dengan aura sakralnya, tentang objek sejarah kelam di Polandia yang belum banyak ditelusuri, ataupun tentang Al-Hambra, 'Sang oase di tengah budaya barat'.
View of Granada from Al- Hambra - Photo by Duey |
North Yorkshire - Photo by Duey |
Whitby, Yorkshire - Photo by Duey |
Stonehenge - Photo by Duey |
Edinburgh City Center - Photo by Duey |
London Bridge - Photo by Duey |
Eid al-Adha prayers, Blue Mosque, Istanbul - Photo by Duey |
Cappadocia - Photo by Duey |
Fairy Chimneys, Cappadocia - Photo by Duey |
***
Foto-foto perjalanan yang diunggah penerima beasiswa di luar negeri memang selalu membuat mata bersirat kagum. Membuat kita membayangkan akan kerennya dan indahnya kehidupan di sana.
Lantas, apakah belajar di negeri lain memang selalu menawarkan pengalaman dan perjalanan yang indah saja? Tentu tidak. Anggaplah ini menjadi bonus akan kerja keras yang telah mereka usahakan.
Sebenarnya, dibalik itu, ada berbagai potongan kisah bersebrangan yang tidak selalu ditampakkan ataupun dituangkan di media sosial. Yang cukup dijalani untuk dimaknai sendiri.
Seperti yang sahabat saya ini pernah katakan:
"Kadang, yang orang liat tuh ngga seindah dan semudah itu. Perjuangannya banyak. Dibalik foto-foto kue, kafe, makan, jalan-jalan, ada sleepless nights di perpuslah, di rumahlah. Berbagai hal yang sampe bikin nangis-nangislah. Itu pasti ada".
Ya, proses menjalaninya memang tidak selalu mudah. Ada berbagai tanggungjawab dan kewajiban yang harus diselesaikan, baik untuk diri sendiri, orang-orang tertentu, dan tentunya pada pemberi beasiswa.
Bahkan sebenarnya, bukan hanya saat menjalani, proses sebelumnya pun tidak mudah. Apalagi kalau bukan proses mendapatkan beasiswa itu sendiri.
Karena itu pula, saya akhirnya tergelitik untuk mewawancarai sahabat saya ini secara khusus. Memintanya untuk sharing sedikit tentang hal-hal yang penting disiapkan untuk mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Hingga munculah tulisan di bawah ini :D
Tips Mendapat Beasiswa dari Duey
Mungkin sedikit tips ini bisa bermanfaat bagi mereka yang ingin atau sedang proses mencari beasiswa ke luar. Terlebih jika beasiswa yang diinginkan sama dengan yang Duey pernah dapat, yaitu: Beasiswa Temasek Foundation saat exchange di National University of Singapore, beasiswa MAHEVA Erasmus Mundus saat exchange di University of Warsawa, dan beasiswa LPDP saat melanjutkan master di University of Leeds.
Dimulai dari yang pertama, menurut Duey, perlu disiapkan adalah sertifikat Bahasa Inggris. Ini menjadi semacam 'senjata' buat apply beasiswa ke luar negeri. Meskipun negara tersebut tidak berbahasa ibu bahasa inggris. Agak mahal memang, namun bisa dipakai selama 2 tahun. Modal awal yang cukup setimpal dengan apa yang ingin diraih. Untuk exchange biasanya cukup dengan TOEFL ITP.
Yang kedua, Relasi dosen. Surat rekomendasi dari dosen hampir selalu diperlukan sebagai persyaratan. Kalau sudah pernah kenal sebelumnya dan beliau masih inget biasanya akan langsung memberi. Jangan sampai kejadian "Pak/Bu, saya mau minta surat rekomendasi". Terus dijawab "Kamu mahasiswa saya?". Jleb!
Eh, tapi tenang aja. Kalau kamu memang tipikal mahasiswa yang ngga terlalu dekat dengan dosen. Duey juga punya tips khusus. Jadi, sebelum menghadap siapkan dulu transkrip nilai kuliah. Pilih yang IP-nya bagus. Kemudian datangi beliau. Misalnya...
Kamu: "Pak, saya mau minta surat rekomendasi".
Dosen : "Kamu siapa ya?"
Kamu: "Itu lho Pak/Bu, saya yang dulu pernah ngambil mata kuliah Bapak/Ibu"
Kamu: "Itu lho Pak/Bu, saya yang dulu pernah ngambil mata kuliah Bapak/Ibu"
Dosen: "Yang mana ya?"
Kamu : "Yang itu, Pak (sebutin). Dulu saya dapatnya A (ecieee)" *buru-buru tunjukkin transkripnya*.
Kamu : "Yang itu, Pak (sebutin). Dulu saya dapatnya A (ecieee)" *buru-buru tunjukkin transkripnya*.
Nah, biasanya cara ini cukup ampuh dalam situasi seperti itu. Sok atuh dipraktekkan..
Ketiga, yang ngga kalah pentingnya adalah Motivation Letter. Sudah ngga jamannya ya menulis motivasi "Because i want to experience something new...". Apa yang kamu tulis harus bisa memperkuatmu untuk mendapatkan beasiswa. Misalnya, jabarkan hal-hal yang ingin kamu pelajari di universitas/tempat tujuan. Hubungkan keterkaitannya dengan kemampuan atau researchmu ke depan. Setelah itu jelaskan pula kontribusimu nanti setelah mendapat beasiswa.
Kemudian interview/wawancara. Nah, Duey ini cukup beruntung. Dua kali exchange dia tidak mengalami sesi wawancara. Langsung lolos karena seleksi berkas. Padahal beberapa temannya bisa lebih dari sekali diwawancara. Karena itu dia menyarankan untuk menyempurnakan berkas administrasi semaksimal mungkin.
Tapi, dia juga pernah mengalami interview, yaitu saat proses beasiswa LPDP. Menurutnya, yang utama perlu disiapkan adalah mental dan kesehatan. Pada sesi interview LPDP, peserta dipanggil 1 per 1, berhadapan dengan 2 akademisi (sesuai bidang ilmu) dan 1 psikolog. Pertanyaan dari interviewer ngga akan jauh dari apa yang kita tulis di berkas persyaratan, termasuk essay-essay, rencana studi, cv, dsb.
Pertanyaan pada tiap orang pasti berbeda, customized dengan orang ybs. Ada yang ditanyai sangat akademik, ada yang sama sekali ngga dapat pertanyaan akademis melainkan personal. Misal, gimana kalo harus sekolah trus jauh dari suami, kalau sudah punya anak nanti siapa yang mengasuh anak, dsb.
Oleh karena itu penting agar berkas-berkas persyaratan benar-benar jujur menggambarkan diri kita yang sebenarnya. Agar saat interview bisa jadi diri sendiri. Siapkan mental, pasti dicecar! Mau sesempurna apapun cv dan kualitas diri (dilihat dari berkas syaratnya), pasti akan dikulik celah-celahnya.
Ketiga, yang ngga kalah pentingnya adalah Motivation Letter. Sudah ngga jamannya ya menulis motivasi "Because i want to experience something new...". Apa yang kamu tulis harus bisa memperkuatmu untuk mendapatkan beasiswa. Misalnya, jabarkan hal-hal yang ingin kamu pelajari di universitas/tempat tujuan. Hubungkan keterkaitannya dengan kemampuan atau researchmu ke depan. Setelah itu jelaskan pula kontribusimu nanti setelah mendapat beasiswa.
Kemudian interview/wawancara. Nah, Duey ini cukup beruntung. Dua kali exchange dia tidak mengalami sesi wawancara. Langsung lolos karena seleksi berkas. Padahal beberapa temannya bisa lebih dari sekali diwawancara. Karena itu dia menyarankan untuk menyempurnakan berkas administrasi semaksimal mungkin.
Tapi, dia juga pernah mengalami interview, yaitu saat proses beasiswa LPDP. Menurutnya, yang utama perlu disiapkan adalah mental dan kesehatan. Pada sesi interview LPDP, peserta dipanggil 1 per 1, berhadapan dengan 2 akademisi (sesuai bidang ilmu) dan 1 psikolog. Pertanyaan dari interviewer ngga akan jauh dari apa yang kita tulis di berkas persyaratan, termasuk essay-essay, rencana studi, cv, dsb.
Pertanyaan pada tiap orang pasti berbeda, customized dengan orang ybs. Ada yang ditanyai sangat akademik, ada yang sama sekali ngga dapat pertanyaan akademis melainkan personal. Misal, gimana kalo harus sekolah trus jauh dari suami, kalau sudah punya anak nanti siapa yang mengasuh anak, dsb.
Oleh karena itu penting agar berkas-berkas persyaratan benar-benar jujur menggambarkan diri kita yang sebenarnya. Agar saat interview bisa jadi diri sendiri. Siapkan mental, pasti dicecar! Mau sesempurna apapun cv dan kualitas diri (dilihat dari berkas syaratnya), pasti akan dikulik celah-celahnya.
Tips selanjutnya, rajin-rajin cari info tentang beasiswa. Ada info level fakultas dan ada level universitas. Manfaatkan yang namanya partner university. Ini lebih enak karena jaminan diterima lebih besar karena sudah berpartner dengan kampus kita. Selain itu kamu juga harus cari di website-website pemberi beasiswa sendiri. Follow twitternya. Follow juga page-page penyedia beasiswa di FB. Karena ada beberapa info yang mungkin tidak disebarkan di tempat lain.
Yang terakhir, selalu berdoa dan jangan menyerah. Beasiswa yang pernah Duey dapat nyatanya hanya sepersekian dari banyaknya beasiswa yang gagal ia peroleh. Karena itu penting untuk selalu menguatkan tekad dan tidak mudah patah arang.
Sekian.
***
Nah, jika ada yang butuh tips lebih lanjut. Duey ini juga punya buku yang berisi tips dan juga kisah-kisah selama belajar di luar negeri, The Traveling Student. Buku terbitan Gramedia ini adalah buku kompilasi bersama 8 orang teman lainnya yang mendapat beasiswa di berbagai negara berbeda. Ini yang menjadikan bukunya berisi tips dan kisah beragam . the traveling student |
***
Mereka bilang memiliki teman-teman yang hebat dan menginspirasi adalah kemewahan tersendiri. Dan rasanya, saya beruntung yang dikelilingi sahabat-sahabat seperti itu. Dia, salah satunya.
Sekali lagi, terimakasih atas sharingnya, Duey. Semoga rencana untuk kembali melanjutkan sekolah ke UK dipermudah. Juga, semoga segera menemukan tambatan hati (Uhuk!), agar impiannya menjelajahi Iceland bersama belahan jiwa segera tercapai. Aamiin. Karena sungguh, melihat aurora borealis tanpa sandaran bahu lebih pahit dari minum kopi tanpa gula. Uhuk lagi!
Semoga sharing ini juga bisa menularkan semangat pada yang lain untuk terus belajar...belajar...dan belajar lagi.
Salam,
Kachan
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
( Ditulis dalam rangka KEB Collaborative Writing, dengan tema inspirasi tulisan dari Mak Inne Pendidikan dan Cuti Tahunan )